Senin, 19 Juni 2017

ciri-ciri pasangan mu selingkuh

ciri-ciri pasangan mu selingkuh

Hallo sobat blogger ketemu lagi nih bersama gue ricki basquiat hehe 
oh ya kemaren ada yang kirim pesan nih isi nya kayak gini 

Oke gue akan bahas  berdasarkan pengalaman peribadi dan narasumber yang ada
jujur gua juga dulu  hoby selingkuh tapi sekarang ngak loh heheh
soalnya gue sadar kalau gue takut kehilangan wanita yang gue sayang
tampang gue biasa-biasa aja tapi untuk selingkuh itu gampang bagi laki-laki 
karena wanita itu gampang percaya dan mudah di gombalin 
itu kelemahannya wanita
oke kembali lagi ketopik  

Nah banyaknya waktu yang terbuang sia sia karena dipenuhi rasa kebosanan akan merembet pada rusaknya sebuah hubungan.(ini yang sering terjadi menurut survei dari beberapa tersangka selingkuh)

Namun jika kalian bisa memahami ciri-ciri apakah pasanganmu mulai cenderung untuk melakukan perselingkuhan, maka hubunganmu mungkin bisa diselamatkan.

Nah sangat penting bagi kalian mengenali hal-hal tersebut lebih awal, walaupun hubungan kalian masih baik-baik saja 
berikut ini ciri-ciri kalau pasangan anda selingkuh 

Perubahan Perilaku

Berubahnya perilaku dari pasangan periamu bisa dijadikan sebuah indikator jika ada sesuatu yang salah di dalam hubunganmu. Apabila perubahan yang dilakukan oleh pria tersebut terjadi secara signifikan, maka mulailah untuk lebih waspada.
Perubahan prilaku yang mencolok merupakan tanda pertama seseorang berselingkuh.


Kurangnya Komunikasi

Apabila pasanganmu mulai memberikan  jawaban-jawaban yang singkat atau justru mencoba untuk menghindari pertanyaanmu, maka ini sebuah indikasi bahwa ia tengah menyembunyikan sesuatu darimu.Hal ini kemudian akan berujung dengan kurangnya komunikasi yang terjadi diantara kalian.
Jarang atau tidak berkomunikasi sama sekali

Perubahan Penampilan

Perubahan pada penampilan fisik, Ia akan menjadi pria yang sangat peduli dengan   perawatan serta kebersihan tubuhnya.Selain itu, ia juga akan menjadi pria yang sangat senang berbelanja pakaian. Kebiasaan seperti ini bisa kamu jadikan sebagai sebuah pertanda bahwa ia sedang berusaha untuk membuat wanita lain terkesan padanya.

makin tampil beda

Menghindar Ketika Bersamamu


Apakah pasanganmu sering untuk menghindari pembicaraan denganmu?
Bahkan sekalipun saat kalian sedang menghabiskan waktu bersama?
Atau dia jarang menatap matamu ketika sedang berbicara?
Atau jarang mengandeng tangan mu saat jalan ?
Jika ya, maka sebaiknya waspadalah. Selain itu, pria yang sedang selingkuh juga akan mencoba untuk mengakhiri percakan ditelepon secara lebih cepat, dia juga akan berbicara pendek-pendek saja.
selalu menghindar

Menghabisakan Banyak Waktu di Luar

Ketika pasangan kamu sangat senang menghabiskan banyak waktunya di luar rumah dengan menggunakan alasan untuk bertemu orang-orang baru atau melakukan hobi, sebaiknya selidikilah hal ini. Sekalipun demikian adanya, namun kesimpulan ini harus kamu ambil dengan bukti yang cukup.

Insting Kamu

Pada akhirnya, hal yang paling jelas untuk mengetahui apakah pria sedang selingkuh adalah insting dari wanita. Insting atau suara hati dari seorang wanita sangatlah tajam jika pasangannya tengah berselingkuh. Ini merupakan cara yang sangat akurat.
percayakan insting mu 
nah nih gua kasi bonus trik penambah followers  http://www.indofoll.com/?refferal=2998177252

Kamis, 15 Juni 2017

4 langkah agar bisa move on dari cinta tak terbalas

4 langkah agar bisa move on dari cinta tak terbalas

Mencintai seseorang yang tidak mencintai kita kembali adalah salah satu perasaan yang paling menyakitkan di dunia, (hancur bro hancur banget) karena hal itu bukanlah sesuatu yang dapat kita kontrol. Hal inilah mengapa kita perlu untuk memulai proses penyembuhan. Hal itu bukan kesalahan kita, tidak ada yang bisa dilakukan, dan satu-satunya yang tersisa untuk dilakukan adalah dengan moving on.
"seedikit curhat" gue juga pernah mencintai seseorang namun tak terbalas, hampir 7 tahun gue ngak bisa move on bro, ternyata yang menyebabkan kita susah move on ya kita sendiri ngak mau buka hati lagi dan terlalu larut kedalam lembah lagu melow" sekarang gue sudah move on sekarang gue punya pacar " nah gua kasi langkah-langkah move on semoga bisa membantu kalian yang masih terjebak  dalam lembah kegalauan


1. Hilangkan perasaan suka Anda

Ketika Anda mencintai seseorang yang tidak mencintai Anda kembali, Anda sudah tentu berada dalam situasi menyakitkan. Jangan membuat situasi lebih buruk dengan terus berangan-angan ingin memilikinya. Anda akan terjebak lebih dalam rasa sakit karena cinta yang tak terbalas jika Anda melakukan ini, Anda mungkin merasa sangat sulit untuk keluar dari perasaan itu. Sebaliknya, hilangkan perasaan naksir dalam diri Anda daripada terus menghancurkan Anda sepenuhnya. Saat ia keluar dari pandangan Anda, ia secara bertahap akan lenyap dari pikiran Anda juga.

2. Pikirkan bahwa ada hubungan yang lebih baik untuk Anda    
Ketika seseorang tidak menanggapi cinta dan kasih sayang yang Anda berikan, Anda harus mengasumsikan bahwa mungkin ia memang bukan orang yang tepat untuk menerima cinta Anda. Orang yang membuat Anda jatuh cinta, tidak selalu cocok dengan Anda. Jadi anggaplah bahwa cinta tak berbalas Anda adalah cara Tuhan mengatakan bahwa Dia memiliki rencana yang lebih baik untuk Anda di masa depan.
3. Bertemu orang baru
Jika Anda mengurung diri karena rasa sakit dan penolakan karena cinta yang tak terbalas, Anda tidak akan bisa berkembang menuju kedewasaan. Cinta tak berbalas bukanlah akhir dari dunia dan Anda harus move on untuk kembali ke kehidupan normal Anda. Seiring waktu, Anda akan bertemu orang baru dan mulai berkencan lagi, Anda mungkin sudah melupakan gebetan Anda.
4. Tuliskan alasan mengapa hubungan Anda tidak akan pernah bekerja
Cara yang baik untuk menghibur diri sendiri jika cinta Anda tetap untuknya adalah dengan memikirkan semua alasan mengapa Anda dan gebetan Anda tidak bisa bersatu sebagai pasangan, bahkan Anda berada di dekatnya. Tuliskan semua sifat buruk gebetan Anda dan kebiasaannya yang tidak Anda suka. Ini akan membuat Anda merasa lebih baik agar tidak memiliki kesempatan untuk terus memikirkan dia. (contoh dia suka beol dalam celana mungkin heehhe )
nih lu renunggi untaian lagu biar lu semakin semangat move on

Rabu, 14 Juni 2017

DIa Nafsu atau Cinta


cinta atau nafsu


Cinta memang buta, ungkapan itu  tidak berlebihan menurut gua. Sebab, pada dasarnya manusia  yang jatuh cinta cenderung menepikan segala keburukan pasangan, dan memilih melihat yang baik-baiknya saja.you know lah...
sudah terlalu banyak pasangan yang terkecoh dengan hubungan yang dijalani.
 Apakah karena cinta atau nafsu semata? Sebab, perbedaan keduanya cenderung tipis dan sulit dilihat.
Menurut Gua, cinta adalah emosi yang tercipta kepada dua orang insan yang memiliki perasaan yang sama. yak... sama-sama ingin memiliki satu sama lain. Cinta di dasarkan pada kepercayaan penuh dan saling pengertian. Ini adalah emosi yang memiliki hubungan dan efek positif bagi setiap pasangan

Nah di sisi lain, nafsu adalah cara alami seseorang yang memengaruhi setiap pribadi untuk melakukan aktivitas seksual. Saat berhubungan dengan nafsu, seseorang hanya akan berpikir tentang bercinta. bukan cinta tapi ber ...hehehehe
Maka dari itu, untuk memudahkan kehidupan percintaan kamu, mungkin berikut ini akan gua uraikan berdasarkan beberapa sumber tentang hubungan yang menggunakan nafsu belaka dan yang tercipta karena cinta.

Nafsu :
hemmmm kalau ngomong tentang nafsu mungkin badan kita akan sedikit mengeliat tanpa terasa dada pun tersesak heheh nah berikut ini gua bahas tentang nafsu dulu ya

1. Hubungan yang berlandaskan nafsu, jika si dia selalu dan melulu fokus pada penampilan Anda. Ini berarti si dia hanya tertarik dengan fisik Anda, bukan pada kepribadian Anda seutuhnya. (nah loh coba sekali-sekali jangan berdandan berpenampilan selayak nya saja untuk menguji si doi)

2. Si dia tidak tertarik untuk berinteraksi mengenai hal-hal yang lebih pribadi dengan Anda. Tak ada komunikasi mengenai keluarga, pekerjaan, dan perasaan masing-masing. Namun, saat “interaksi” dilakukan secara fisik, mendadak dia bergairah. (nah coba sekali-sekali paksa dia untuk bertemu orang tua mu untuk menguji keseriusan nya)

3. Tak ada ucapan bahwa dia mencintai dan merindukan Anda, bahkan bisa dibilang dia tidak pernah menunjukkan rasa cemburu. Padahal, hubungan yang sehat dan ideal itu adalah ketika masing-masing pasangan saling menunjukkan rasa sayang dan rasa takut kehilangan. Dengan demikian, tanpa ada pernyataan perasaan, bisa jadi si dia hanya membutuhkan tubuh Anda dibandingkan kehadiran Anda dalam hidupnya.( kalau dia menyatakan cinta saat kalian berduaan di tempat sepi wah bisa jadi itu cuma gombalan nafsu belaka hehehe)

4. Untuk Anda sendiri, juga tanyakan apakah benar-benar jatuh cinta kepadanya? Atau Anda juga hanya memanfaatkan si dia untuk pelampiasan aktivitas seksual semata? Pikirkan baik-baik, karena semua pertanyaan tersebut cuma Anda yang tahu jawabannya. (nah coba deh jujur kepada diri sendiri)

Cinta:
oke sekarang kita akan bahas tentang cinta yak benar benar cinta oke hehe

1. Pasangan yang menjalin hubungan karena cinta pasti memiliki keinginan untuk menghabiskan waktu berdua saja. Istilah zaman sekarannya quality time atau waktu berkualitas. Tujuannya untuk saling tukar cerita, berbagi guyonan, atau bermimpi soal masa depan. Intinya, membangun komunikasi yang nyata. (komunikasi positif loh jangan tentang blue doang heeh)

2. Pasangan yang tengah jatuh cinta selalu ingin bertemu setiap waktu. Bukan untuk tukar kasih lewat kontak fisik, melainkan lebih karena ingin melihat wajahnya, berdampingan dengannya, ada di dekatnya, meski tidak melakukan apa-apa. Mungkin hal yang demikian terdengar picisan, tetapi percayalah, saat Anda jatuh cinta, aroma tubuh si dia yang terhirup dari kejauhan saja sudah cukup untuk membuat degup jantung berpacu seru.

3. Pasangan yang tengah jatuh cinta pasti menginginkan pasangannya bisa bahagia dan selalu mendukung satu sama lain. (nah tapi  yang sering terjadi terkadang saat anda sibuk sang pacar pasti ngebet pengen ketemuan entah untuk apa alasan itu)

4. Tidak ada manusia yang sempurna. Namun, pasangan yang jatuh cinta tak pernah mempermasalahkan kekurangan si dia, justru menutupinya dengan kelebihan masing-masing. Cinta akan membuat seseorang ingin menjadi lebih baik. 


5. Pasangan yang saling jatuh cinta memiliki orientasi hubungan jangka panjang dan pernikahan. Apabila bayangan menikah dan membangun keluarga dengan si dia membuat Anda bahagia, ini berarti Anda telah yakin serta mantap untuk hidup bersama dengannya. (tapi ingat setelah menikah jangan sampai ada kekecewaan di antara kalian )
                                                                    sumber boldsky

Senin, 12 Juni 2017

Sementara sendiri,

Sementara sendiri





Hari yang terang namun sendu…. Sepanjang hari matahari terik menyinari bumi  namun hujan tetap turun meskipun tidak lebat. Saat ini gua duduk sendiri di ujung kedai yang tak jauh dari rumah. seperti biasanya menyelesaikan sebuah tulisan dan di temani secangkir kopi hitam. Saat ini pikiran gua sangat tak bisa dicerna  semua terasa buntu yah mungkin saja  karena kelelahan. setiap sore gua memang suka mampir di kedai ini karena lagu yang diputar disini  sangat lah enak untuk di dengar. Namun saat ingin meminum kopi, gua tertegun terdiam mendengar list lagu yang terputar di kedai ini " sepertinya gua baru dengar ini" pikir gua dalam hati. "siapa yang nyanyi ya?"  gua mulai bertanya tanya dalam hati, seakan pencipta lagu ini tau apa yang sedang gua rasakan, sebab ini lagu pas banget apa yang sedang gua alami sekarang.
yup, mungkin lagu ini meberi isarat ke gua" untuk sementara waktu gua sendiri dulu"

Rasanya memang pas, saat hati kecewa mendengarkan lagu sendu yang tepat sekali mewakili apa yang hati gua rasakan. Memang sedih tapi apa boleh buat? Sendiri saat ini memang lebih baik "untuk menghapus rasa  kekecewaan dalam hati saat pernah  menjalani hubungan percintaan namun putus ditengah jalan" yah meski  sebenarnya gua masih berharap dia datang kembali dan meminta maaf apa yang telah dia perbuat kepada gua"  menjalani cinta seperti sedia kala lagi

Iya saat itu gua ingat  dia memutuskan untuk pergi dan memilih hilang dalam hidup gua" namun  dari  lubuk hati dan perasaan terdalam, gua masih berharab dia datang kembali,  dan bilang 
"ricki maaf aku  salah" ternyata aku memang tak bisa hidup tanpa kamu"
seandainya itu adalah benar bukan hanya hayalan saja, mungkin langsung gua trima pernyataan dari nya " tapi....? akkkhhhh sudah lah itu cuma khayalan belaka
namun dari sisi perasaan lain gua takut, kalau  hayalan itu benar,  karena rasa terauma di tinggalkan tanpa sebab masih menghantui hidup gua"
gua berkata kepada diri sendiri" ki bagai mana lu mau menerimanya kembali ?"  saat menjalani hubungan saja dia sering pergi tanpa permisi bahkan hal itu berulang rulang terjadi " bagai mana dia bisa menjadi istrimu nanti?
"oh ya mungkin benar apa yang di kata benak gua, dia memang tak pantas untuk kembali walaupun sebenarnya masih mengharapkan dia"
belum lagi gua masih ingat hal yang sangat pahit" bahwa dia pernah ngak menganggap gua sebagai kekasih nya di hadapan teman-temannya"
Nah mungkin gua memilih sendiri saat ini, karena gua merasa ini lebih baik daipada gua harus mengulang salah yang sama apalagi menyembuhkan hati yang terluka tak semudah itu.
Beberapa bulan yang lalu ada seorang perempuan, dan gua menyambutnya dengan hangat, namun sayang dia begitu posisif semua chat gua dengan teman, semua situs sosial gua dia cek padahal kita baru saja kenal beberapa bulan ini, memang itu ada bagusnya juga  tapi saat giliran gua meminta semua hal itu dia malah marah-marah tak jelas, mengatakan  bahwa gua ngak berhak tau dia chat sama siapa saja. 
Gua putuskan saja untuk mengakhiri perkenalan ini semua, menjalin hubungan dengan orang yang kurang dewasa hanya akan melahirkan masalah baru, sementara masalah yang lain belum selesai. 
Dan benar saja baru saja putus hubungan sama gua dia sudah bersama cowok lain, saat itu gua liat mereka berduaan berjalan di depan hadapan gua, sontak saja gua memanggil namanya dan melempar senyuman, jangankan untuk balasa sapa dari gua, untuk melihat gua saja dia tidak mau  seakan tak pernah mengenal gua, "cuma bisa berlapang dada deh " 

Yups… terkadang gua jadi mikir apakah sendiri itu pilihan atau kutukan, sebab sendiri bukan karena gua meraasa nyaman. Justru kadang sendiri merasa gua tak nyaman dengan pertanyaan-pertanyaan kapan nikah? Dekat dengan siapa?. Tapi gua sendiri hanya menenangkan diri atas kegagalan yang gua lalui, dan gua berharap kedepannya bisa mendapat orang yang mau hidup bersama dan menerima segala kekurangan gua, berharap bahwa  tak akan pernah di duakan,
matahari semakin redup, tak terasa hujan kini bertambah deras. segelas kopi pun telah habis, ingin rasa nya cepat-cepat untuk pulang kerumah namun hujan memaksagua untuk menunggu lebih lama di kedai ini ”. "permisi mas boleh saya duduk?" sapa seorang wanita yang berdiri di hadapan gua, dia terlihat sangat basah kuyup rambut nya terurai kebawah sehingga gua tak bisa melihat wajahnya dengan jelas" 
"oh ya silahkan duduk saja " sahut gua sambil melempar senyum kepadanya

"trimakasi mas saya titip barang saya sebentar, saya mau ganti pakaian " katanya

"oh ya silahkan" sahut gua sambil mengeserkan kursi di samping gua

"dari kejauhan gua liat wanita itu berjalan menghampiri gua

"terimakasi ya mas udah mau jaga barang saya"sapa nya lagi

"oh ya sama-sama "sahut gua sambil melempar senyum

"oh ya mas kenalin saya rindi " sapanya sambil mengulurkan tangan nya

"oh gua ricki" sambil menyambut jabatan tangan nya
"(kog kayak nya gua kenal nih orang)" guman gua dalam hati' bodoh tanya aja ah sok akrab

kayak nya gua pernah liat kamu ya?" tanya gua 

"hah? masa sih emang lihat dimana? tanya nya sambil mengerutkan dahinya

Sejenak gua kaku dada gua tersendat dan berkata tak mungkin… iya tak mungkin.

"kamu rindi yang dulu  sekolahnya  di smp harapan kan ?" tanya gua dengan sedikit yakin

"iya kog kamu tau?" tanya nya yang semakin bingung

"gua ricki' ricki basquiat teman smp mu dulu, teman satu kelas" jawab gua sambil menepuk dada dan menyakinkan dia

"hah ricki ? yang pernah nembak aku waktu smp ya"? tanya nya

 "gua hanya bisa mengangguk dan tensenyum ngak enak"

"bangke kenap itu yang lu ingatin" guman gua dalam hati. sontak saja gua jadi salah tingkah dan hanya bisa melempar senyum memang dulu gua pernah nembak dia dan ngak pernah diterima, duh membahas kisah pahit itu ibarat ingin bunuh diri tapi takut mati
gua pernah galau total gara-gara kisah di tolak ni orang walaupun gua tau dulu banyak yang bilang bahwa cinta gua masih cinta monyet tapi gua yakin akan cinta gua 

semoga saja dia tidak tau bahwa sampai saat ini gua masih menyimpan fotonya yang dulu sempat gua colong di dalam tas nya , sial kali ini gua harus berusaha  bersikap wajar, agar tidak kelihatan kikuk 
perasaan kali ini antara senang bercmpur kesal. "ya kesal bahawa dia masih mengigat tentang gua yang pernah nembak dia " tapi senang karena bisa melihat wajah nya lagi dan kini jauh lebih cantik dari pada yang dulu " 
oh tuhan semoga dia memang jodohku yang pernah tertunda" doa ku dalam hati 

"ngak terasa ya kita bisa bertemu disini" sapa nya yang memecah keheningan sesaat

"oh iya hehe " kamu dari mana tadi  kog basah banget ? " tanya ku

 ya nih, ini dari rumah teman tadi" sahutnya sambil merapikan lengan baju nya

waktu itu kita ngobrol ngawur ngidul sambil tertawa,  tanpa terasa hari semakin gelap jam telah menunjuk pukul delapan malam kita pun mengakhiri obrolan, sebelum pergi meninggalkan kedai ini, kita sepakat untuk ketemu kembali,
kita pun saling tukar nomor handpone

gua tak pernah pulang kerumah seriang ini bagai mana tidak, orang yang pernah gua suka waktu smp kini ketemu kembali dan ngobrol dengan gua, rasa senang gua seperti menemukan harta karun nya "Gol D Roger" yang telah hilang ratusan tahun " ya lu harus tau betapa berharganya dia bagi hidup gua" ah gua rasa mungkin pertemuan ini akan menutup kisah sedih gua selama ini betapa sempit nya dunia "bagi orang yang sedang  jatuh cinta 
"gua yakin dia memang jodoh gua, semoga saja ya tuhan"

"saat itu kita saling kirim sms dan janjian untuk jalan-jalan  menikmati indahnya kota metropolita"
wah perasaan ini membuat dadaku semakin berdetak kencang serasa ingin meledak, betapa senang nya, saat kita beli iec cream bersama dan saling bergandengan tangan" aku rasa ini cinta dan gua yakin hal itu" 
"akkhh setelah ini pokok nya gua harus kembali nembak dia lagi "

"eh udah larut malam kita pulang yuk" ajak nya

"oya nih ngak kerasa banget ya udah jam sebelas malam" sahut ku

"rin sebelum kita pulang gua mau ngomong sesuatu" kaliini gua harus beranikan diri

"wah kog sama ya ki gua juga mau ngomong sesuatu " sahutnya

"yaudah kamu dulu deh ngomong " kata ku

ki makasi banyak ya udah nemanin aku jalan jalan malam ini, aku senang bangat kita bisa bertemu  kembali, dari dulu kamu memang baik makasi bangat ya ki" kata nya sambil memeluk badan gua

"wah mendengar dan mendapatkan  respon sepertiini jantung gua berdetak kencang"

"oh ya ki nih buat kamu " sambil menyodorkan sesuatu kepada gua

"kertas apa nih " sahut gua sambil bolak balik kertas tersebut

 ini kartu undangan gua, kamu datang ya minggu depan gua nikah kamu tamu sepesial ku loh " kata nya

"wah makasi ya" hanya bisa tersenyum kecewa
"mendengar pernyataan tersebut jantung gua terasa benar-benar akan meledak " taik akhhh... baru bertemu kembali terus bersenang senang bareng, eh malah dikasi surat undangan pernikahan nya.

Ya…kadang saat ini lebih baik sendiri. Akan ada waktu dimana gua bisa melupakan semua hal ini dan berusaha menerima pernyataan dengan lapang dada, aku tak ingin lagi terlalu  berharap 
ternyata rencana tuhan berbeda dengan harapan gua
Yang gua tahu….belajar melupakanmu adalah jalan yang terbaik…agar tak ada lagi kekecewaan terdalam 
Rinduku selama ini hanya sia sia 




37 kebiasaan orang tua yang menghasilkan perilaku buruk pada anak


37 kebiasaan orang tua yang menghasilkan perilaku buruk pada anak



hallo kembali lagi bersama saya ricky basquiat" penulis dan motivator " kali ini gua akan membahas tentang bagai mana cara mendidik anak dan apa saja kesalahan kita pada saat mendidik sang buah hati. terkadang kita sebagai orang tua merasa paling benar untuk mengurus anak kita sendiri kita merasa tak perlu konsultasi kepada siapa pun 

toh ini anak anak saya. 
saya yang lebih tau dia jadi ngapain harus repot-repot konsultasi? sebenarnya anggapan seperti ini sangatlah salah buat kita sebagai orang tua ataupun  calon orang tua nantinya
nah tanpa kita sadari kita sering keliru untuk mendidik anak kita sehingga aak kita cendrung melawan
Agar hal itu tak terulang kembali kali ini saya akan membahas tentang 37 dikebiasaan orang tua yang menghasilkan perilaku buruk pada anak
 mengapa anak saya suka melawan dan susah tidur? " tanya pak edy"
mungkin hal hal ini yang menyebabkan hal itu terjadi 
1. Raja yang Tak Pernah Salah
Sewaktu anak kita masih kecil dan belajar jalan tidak jarang tanpa sengaja mereka menabrak kursi atau meja. Lalu mereka menangis. Umumnya, yang dilakukan oleh orang tua supaya tangisan anak berhenti adalah dengan memukul kursi atau meja yang tanpa sengaja mereka tabrak. Sambil mengatakan, “Siapa yang nakal ya? Ini sudah Papa/Mama pukul kursi/mejanya…sudah cup….cup…diem ya..Akhirnya si anak pun terdiam.
Ketika proses pemukulan terhadap benda benda yang mereka tabrak terjadi, sebenarnya kita telah mengajarkan kepada anak kita bahwa ia tidak pernah bersalah.
Yang salah orang atau benda lain. Pemikiran ini akan terus terbawa hingga ia dewasa. Akibatnya, setiap ia mengalami suatu peristiwa dan terjadi suatu kekeliruan, maka yang keliru atau salah adalah orang lain, dan dirinya selalu benar. Akibat lebih lanjut, yang pantas untuk diberi peringatan sanksi, atau hukuman adalah orang lain yang tidak melakukan suatu kekeliruan atau kesalahan.
Kita sebagai orang tua baru menyadari hal tersebut ketika si anak sudah mulai melawan pada kita. Perilaku melawan ini terbangun sejak kecil karena tanpa sadar kita telah mengajarkan untuk tidak pernah merasa bersalah.
Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan ketika si anak yang baru berjalan menabrak sesuatu sehingga membuatnya menangis? Yang sebaiknya kita lakukan adalah ajarilah ia untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi; katakanlah padanya (sambil mengusap bagian yang menurutnya terasa sakit): ” Sayang, kamu terbentur ya. Sakit ya? Lain kali hati-hati ya, jalannya pelan-pelan saja dulu supaya tidak membentur lagi.”
2. Berbohong Kecil
Awalnya anak-anak kita adalah anak yang selalu mendengarkan kata-kata orang tuanya, Mengapa? karena mereka percaya sepenuhnya pada orang tuanya. Namun, ketika anak beranjak besar, ia sudah tidak menuruti perkataan atau permintaan kita? Apa yang terjadi? Apakah anak kita sudah tidak percaya lagi dengan perkataan atau ucapan-ucapan kita lagi?
Tanpa sadar kita sebagai orang tua setiap hari sering membohongi anak untuk menghindari keinginannya. Salah satu contoh pada saat kita terburu-buru pergi ke kantor di pagi hari, anak kita meminta ikut atau mengajak berkeliling perumahan. Apa yang kita lakukan? Apakah kita menjelaskannya dengan kalimat yang jujur? Atau kita lebih memilih berbohong dengan mengalihkan perhatian si kecil ke tempat lain, setelah itu kita buru-buru pergi? Atau yang ekstrem kita mengatakan, “Papa/Mama hanya sebentar kok, hanya ke depan saja ya, sebentaaar saja ya, Sayang.” Tapi ternyata, kita pulang malam. Contah lain yang sering kita lakukan ketika kita sedang menyuapi makan anak kita, “Kalo maemnya susah, nanti Papa?Mama tidak ajak jalan-jalan loh.” Padahal secara logika antara jalan-jalan dan cara/pola makan anak, tidak ada hubungannya sama sekali.
Dari beberapa contah di atas, jika kita berbohong ringan atau sering kita istilahkan “bohong kecil”, dampaknya ternyata besar. Anak tidak percaya lagi dengan kita sebagai orang tua. Anak tidak dapat membedakan pernyataan kita yang bisa dipercaya atau tidak. akibat lebih lanjut, anak menganggap semua yang diucapkan oleh orang tuanya itu selalu bohong, anak mulai tidak menuruti segala perkataan kita.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Berkatalah dengan jujur kepada anak. Ungkapkan dengan penuh kasih dan pengertian:
“Sayang, Papa/Mama mau pergi ke kantor. Kamu tidak bisa ikut. Tapi kalo Papa/Mama ke kebun binatang, kamu bisa ikut.”
Kita tak perlu merasa khawatir dan menjadi terburu-buru dengan keadaan ini. Pastinya membutuhkan waktu lebih untuk memberi pengertian kepada anak karena biasanya mereka menangis. Anak menangis karena ia belum memahami keadaan mengapa orang tuanya harus selalu pergi di pagi hari. Kita harus bersabar dan lakukan pengertian kepada mereka secara terus menerus. Perlahan anak akan memahami keadaan mengapa orang tuanya selalu pergi di pagi hari dan bila pergi bekerja, anak tidak bisa ikut. Sebaliknya bila pergi ke tempat selain kantor, anak pasti diajak orang tuanya. Pastikan kita selalu jujur dalam mengatakan sesuatu. Anak akan mampu memahami dan menuruti apa yang kita katakan.
3. Banyak Mengancam
“Adik, jangan naik ke atas meja! nanti jatuh dan nggak ada yang mau menolong!”
“Jangan ganggu adik,nanti MAma/Papa marah!”
Dari sisi anak pernyataan yang sifatnya melarang atau perintah dan dilakukan dengan cara berteriak tanpa kita beranjak dari tempat duduk atau tanpa kita menghentikan suatu aktivitas, pernyataan itu sudah termasuk ancaman. Terlebih ada kalimat tambahan “….nanti Mama/Papa marah!”
Seorang anak adalah makhluk yang sangat pandai dalam mempelajari pola orang tuanya; dia tidak hanya bisa mengetahui pola orang tuanya mendidik, tapi dapat membelokkan pola atau malah mengendalikan pola orang tuanya. Hal ini terjadi bila kita sering menggunakan ancaman dengan kata-kata,namun setelah itu tidak ada tindak lanjut atau mungkin kita sudah lupa dengan ancaman-ancaman yang pernah kita ucapkan
Apa yang sebaiknya kita lakukan? .
Kita tidak perlu berteriak-teriak seperti itu. Dekati si anak, hadapkan seluruh tubuh dan perhatian kita padanya. tatap matanya dengan lembut, namum perlihatkan ekspresi kita tidak senang dengan tindakan yang mereka lakukan. Sikap itu juga dipertegas dengan kata-kata, “Sayang, Papa/Mama mohon supaya kamu boleh meminjamkan mainan ini pada adikmu. Papa/Mama akan makin sayang sama kamu.” Tidak perlu dengan ancaman atau teriaka-teriakan. Atau kita bisa juga menyatakan suatu pernyataan yang menjelaskan suatu konsekuensi, misal “Sayang, bila kamu tidak meminjamkan mainan in ke adikmu,Papa/Mama akan menyimpan mainan ini dan kalian berdua tidak bisa bermain. MAinan akan Papa/Mama keluarkan, bila kamu mau pinjamkan mainan itu ke adikmu. Tepati pernyataan kita dengan tindakan.
4. Bicara Tidak Tepat Sasaran
Pernahkah kita menghardik anak dengan kalimat seperti, “Papa/Mama tidak suka bila kamu begini/begitu!” atau “Papa/Mama tidak mau kamu berbuat seperti itu lagi!” Namun kita lupa menjelaskan secara rinci dan dengan baik, hal2 atau tindakan apa saja yang kita inginkan. Anak tidak pernah tahu apa yang diinginkan atai dibutuhkan oleh orang tuanya dalam hal berperilaku. Akibatnya anak terus mencoba sesuatu yang baru. Dari sekian banyak percobaan yang dilakukannya, ternyata selalu dikatakan salah oleh orang tuanya. Hal ini mengakibatkan mereka berbalik untuk dengan sengaja melakukan hal2 yang tidak disukai orang tuanya. Tujuannya untuk mrmbuat orang tuanya kesal sebagia bentuk kekesalan yang juga ia alami (tindakannya selalu salah di hadapan orang tua).
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Sampaikanlah hal2 atau tindakan2 yang kita inginkan atau butuhkan pada saat kita menegur mereka terhadap perilaku atau hal yang tidak kita sukai.Komnikasikan secara intensif hal atau perilaku yang kita inginkan atau butuhkan. Dan pada waktunya, ketika mereka sudah megalami dan melakukan segala hal atau perilaku yang kita inginkan atau butuhkan , ucapkanlah terimakasih dengan tulus dan penuh kasih sayang atas segala usahanya untuk berubah.
5. Menekankan pada Hal-hal yang salah
Kebiasaan ini hampir sama dengan kebiasaan di atas. Banyak orang tua yang sering mengeluhkan tentang anak2nya tidak akur, suka bertengkar. Pada saat anak kita bertengkar, perhatian kita tertuju pada mereka, kita mencoba melerai atau bahkan memarahi. Tapi apakah kita sebagai orang tua memperhatikan mereka pada saat mereka bermain dengan akur? Kita seringkali menganggapnya tidak perlu menyapa mereka karena mereka sedang akur. Pemikiran tersebut keliru, karena hak itu akan memicu mereka untuk bertengkar agar bisa menarik perhatian orang tuanya,
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Berilah pujian setiap kali mereka bermain sengan asyik dan rukun, setiap kali mereka berbagi di antara mereka dengan kalimat sederhana dan mudah dipahami, misal: ”Nah, gitu donk kalau main. Yang rukun.” Peluklah mereka sebagai ungkapan senang dan sayang.
6. Merendahkan Diri Sendiri
Apa yang anda lakukan kalau melihat anak anda bermain Playstation lebih dari belajar? Mungkin yang sering kita ucapkan pada mereka, “Woy… mati in tuh PS nya, ntar dimarahin loh sama papa kalo pulang kerja!” Atau kita ungkapkan dengan pernyataan lain, namun tetap dengan figur yang mungkin ditakuti oleh anak pada saat itu. Contoh pernyataan ancaman diatas adalah ketika yang ditakuti adalah figur Papa.
Perhatikanlah kalimat ancaman tersebut. Kita tidak sadar bahwa kita telah mengajarkan pada anak bahwa yang mampu untuk menghentikan mereka maen ps adalah bapaknya, artinya figure yang hanya ditakuti adalah sang bapak. Maka jangan heran kalau jika anak tidak mengindahkan perkataan kita karena kita tidak mampu menghentikan mereka maen ps.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Siapkanlah aturan main sebelum kita bicara; setelah siap, dekati anak, tatap matanya, dan katakan dengan nada serius bahwa kita ingin ia berhenti main sekarang atau berikan pilihan, misal “Sayang, Papa/Mama ingin kamu mandi. Kamu mau mandi sekarang atau lima menit lagi?” bila jawabannya “lima menit lagi Pa/Ma”. Kita jawab kembali, “Baik, kita sepakat setelah lima menit kamu mandi ya. Tapi jika tidak berhenti setelah lima menit, dengan terpaksa papa/mama akan simpan PS nya di lemari sampai lusa”. Nah, persis setelah lima menit, dekati si anak, tatap matanya dan katakan sudah lima menit, tanpa tawar menawar atau kompromi lagi. Jika sang anak tidak nurut, segera laksanakan konsekuensinya.
7. Papa dan Mama Tidak Kompak
Mendidik abak bukan hanya tanggung jawab para ibu atau bapak saja, tapi keduanya. Orang tua harus memiliki kata sepakat dalam mendidik anak2nya. Anak dapat dengan mudah menangkap rasa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan bagi dirinya. Misal, seorang Ibu melarang anaknya menonton TV dan memintanya untuk mengerjakan PR, namun pada saat yang bersamaan, si bapak membela si anak dengan dalih tidak mengapa nonton TV terus agar anak tidak stress. Jika hal ini terjadi, anak akan menilai ibunya jahat dan bapaknya baik, akibatnya setiap kali ibunya memberi perintah, ia akan mulai melawan dengan berlindung di balik pembelaan bapaknya. Demikian juga pada kasus sebaliknya. Oleh karena itu, orang tua harus kompak dalam mendidik anak. Di hadapan anak, jangan sampai berbeda pendapat untuk hal2 yang berhubungan langsung dengan persoalan mendidik anak. Pada saat salah satu dari kita sedang mendidik anak, maka pasangan kita harus mendukungnya. Contoh, ketika si Ibu mendidik anaknya untuk berlaku baik terhadap si Kakak, dan si Ayah mengatakan ,”Kakak juga sih yang mulai duluan buat gara2…”. Idealnya, si Ayah mendukung pernyataan, “Betul kata Mama, Dik. Kakak juga perlu kamu sayang dan hormati….”
8. Campur Tangan Kakek, Nenek, Tante, atau Pihak Lain
Pada saat kita sebagai orang tua sudah berusaha untuk kompak dan sepaham satu sama lain dalam mendidik anak-anak kita, tiba-tiba ada pihak ke-3 yang muncul dan cenderung membela si anak. Pihak ke-3 yang dimaksud seperti kakek, nenek, om, tante, atau pihak lain di luar keluarga inti.
Seperti pada kebiasaan ke-7 (Papa dan Mama tidak Kompak), dampak ke anak tetap negatif bila dalam satu rumah terdapat pihak di luar keluarga inti yang ikut mendidik pada saat keluarga inti mendidik; Anak akan cenderung berlindung di balik orang yang membelanya. Anak juga cenderung melawan orang tuanya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Pastikan dan yakinkan kepada siapa pun yang tinggal di rumah kita untuk memiliki kesepakatan dalam mendidik dan tidak ikut campur pada saat proses pendidikan sedang dilakukan oleh kita sebagai orang tua si anak. Berikan pengertian sedemikian rupa dengan bahasa yang bisa diterima dengan baik oleh para pihak ke-3.
9. Menakuti Anak
Kebiasaan ini lazim dilakukan oleh para orang tua pada saat anak menangis dan berusaha untuk menenangkannya. Kita juga terbiasa mengancam anak untuk mengalihkan perhatiannya, “Awas ada Pak Satpam, ga boleh beli mainan itu!” Hasilnya memang anak sering kali berhenti merengek atau menangis, namun secara tidak sadar kita telah menanamkan rasa takut atau benci pada institusi atau pihak yang kita sebutkan.
Sebaiknya, berkatalah jujur dan berikan pengertian pada anak seperti kita memberi pengertian kepada orang dewasa karena sesungguhnya anak2 juga mampu berpikir dewasa. Jika anak tetap memaksa, katakanlah dengan penuh pengertian dan tataplah matanya, “Kamu boleh menangis, tapi Papa/Mama tetap tidak akan membelikan permen.” Biarkan anak kita yang memaksa tadi menangis hingga diam dengan sendirinya.
10. Ucapan dan Tindakan Tidak Sesuai
Berlaku konsisten mutlak diperlukan dalam mendidk anak. Konsisten merupakan keseuaian antara yang dinyatakan dan tidakan. Anak memiliki ingatan yang tajam terhadap suatu janji, dan ia sanga menghormati orang-orang yang menepati janji baik untuk beri hadiah atau janji untuk memberi sanksi. So, jangan pernah mengumbar janji ada anak dengan tujuan untuk merayunya, agar ia mengikuti permintaan kita seperti segera mandi, selalu belajar, tidak menonton televisi. Pikirlah terlebih dahulu sebelum berjanji apakah kita benar-benar bisa memenuhi janji tersebut. Jika ada janji yang tidak bisa terpenuhi segeralah minta maaf, berikan alasan yang jujur dan minta dia untuk menentukan apa yang kita bisa lakukan bersama anak untuk mengganti janji itu.
11. Hadiah untuk Perilaku Buruk Anak
Acapkali kita tidak konsisten dengan pernyataan yang pernah kita nyatakan. Bila hal ini terjadi, tanpa kita sadari kita telah mengajari anak untuk melawan kita. Contoh klasik dan sering terjadi adalah pada saat kita bersama anak di tempat umum, anak merengek meminta sesuatu dan rengekennya menjadi teriakan dan ada gerak perlawanan. Anak terus mencari akal agar keinginnanya dikabulkan, bahkan seringkali membuat kita sebagai orang tua malu. Pada saat inilah kita seringkali luluh karena tidak sabar lagi dengan rengekan anak kita. Akhirnya kita mengiyakan keinginan si Anak. “Ya sudah;kamu ambil satu permennya. Satu saja ya!”
Pernyataan tersebut adalah sebagai hadiah bagi perilaku buruk si Anak. Anak akan mempelajarinya dna menerapkannya pada kesempatan lain bahkan mungkin dengan cara yang lebih heboh lagi.
Menghadapi kondisi seperti ini, tetaplah konsisten; tidak perlu malu atau takut dikatakan sebagai orang tua yang kikir atau tega. Orang beefikir demikian belum membaca buku tentang ini dan mengalami masalah yang sama dengan kita. Ingatlah selalu bahwa kita sedang mendidik anak, Sekali kite konsisten anak tak akan pernah mencobanya lagi. Tetaplah KONSISTEN dan pantang menyerah! Apapun alasannya, jangang pernah memberi hadiah pada perilaku buruk si anak.
12. Merasa Bersalah Karena Tidak Bisa Memberikan yang Terbaik
Kehidupan metropolitan telah memaksa sebagian besar orang tua banyak menghabiskan waktu di kantor dan di jalan raya daripada bersama anak. Terbatasnya waktu inilah yang menyebabkan banyak orang tua merasa bersalah atas situasi ini. Akibat dari perasaan bersalah ini, kita, para orang tua menyetujui perilaku buruk anaknya dengan ungkapan yang sering dilontarkan, “Biarlah dia seperti ini mungkin akrena saya juga yang jarang bertemu dengannya…”
Semakin kita merasa bersalah terhadap keadaan, semakin banyak kita menyemai perilaku buruk anak kita. Semakin kita memaklumi perilaku buruk yang diperbuat anak, akan semakin sering ia melakukannya. Sebagian besar perilaku anak bermasalah yang pernah saya (penulis) hadapi banyak bersumber dari cara berpikir orang tuanya yang seperti ini.
Apa yang sebaiknya kita lakukan? .
Apa pun yang bisa kita berikan secara benar pada anak kita adalah hal yang terbaik. Kita tidak bisa membandingkan kondisi sosial ekonomi dan waktu kita dengan orang lain. Tiap keluarga memiliki masalah yang unik, tidak sama. Ada orang yang punya kelebihan pada sapek finansial tapi miskin waktu bertemu dengan anak, dan sebaliknya. Jangan pernah memaklumi hal yang tidak baik. Lakukanlah pendekatan kualitas jika kita hanya punya sedikit waktu; gunakan waktu yang minim itu untuk bisa berbagi rasa sepenuhnya antara sisa2 tenaga kita, memang tidak mudah. Tapi lakukanlah demi mereka dan keluarga kita, anak akan terbiasa.
13. Mudah menyerah dan pasrah
Setiap manusia memiliki watak yang berbeda-beda, ada yang lembut dan ada yang keras. Dominan flegmatis adalah ciri atak yang dimiliki oleh sebagian orang tua yang kurang tegas, mudah menyerah, selalu takut salah dan cenderung mengalah, pasrah. Konflik ini biasanya terjadi bila seorang yang flegmatis mempunyai anak yang berwatak keras. Dalam kondisi kita sebagai orang tua yang tidak tegas dan mudah menyerah, si anak justru keras dan lebih tegas. Akibatnya dalam banyak hal, si anak jauh lebih dominan dan mengatur orang tuanya. Akibat lebih lanjut, orang tua sulit mengendalikan perilaku anaknya dan cenderung pasrah. Saya [penulis] sering mendengar ucapan dari para orang tua yang Dominan Flegmatis, “Duh… anak saya itu memang keras betul… saya sudah nggak sanggup lagi mengaturnya.” Atau “Biar sajalah apa maunya, saya sudah nggak sanggup lagi mendidiknya.”.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Belajarlah dan berusahalah dengan keras untuk menjadi lebih tegas dalam mengambil keputusan, tingkatkan watak keteguhan hati dan pantang menyerah. Jiak perlu ambil orang orang yang kita anggap tegas untuk jadi penasihat harian kita.
14. Marah Yang Berlebihan
Kita seringkali menyamakan antara mendidik dengan memarahi. Perlu untuk selalu diingat, memarahi adalah salah satu cara mendidik yang paling buruk. Pada saat memarahi anak, kita tidak sedang mendidik mereka, melainkan melampiaskan tumpukan kekesalan kita karena kita tidak bisa mengatasi masalah dengan baik. Marah juga seringkali hanya berupa upaya untuk melemparkan kesalahan pada pihak lain [dan biasanya yang lebih lemah, kalo ama yang lebih kuat ya takut].
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jangan pernah bicara pada saat marah! Jadi tahanlah dengan cara yang nyaman untuk kita lakukan seperti masuk kamar mandi atau pergi menghindar sehingga amarah mereda. Yang perlu dilakukan adalah bicara “tegas” bukan bicara “keras”. Bicara yang tegas adalah dengan nada yang datar, dengan serius dan menatap wajah serta matanya dalam dalam. Bicara tegas adalah bicara pada saat pikiran kita rasional, sedangkan bicara keras adalah pada saat pikiran kita dikuasai emosi.
Satu contoh lagi yang kurang baik, pada saat marah biasanya kita emosi dan mengucapkan/melakukan hal hal yang kelak kita sesali, setelah ini terjadi, biasanya kita akan menyesal dan berusaha memperbaikinya dengan memberikan dispensasi atau membolehkan hal hal yang sebelumnya kita larang. Bila hal ini berlangsung berulang kali, maka anak kita akan selalu berusaha memancing amarah kita, yang ujung ujungnya si anak menikmati hasilnya. Anak yang sering dimarahi cenderung tidak jadi lebih baik kok.
15. Gengsi untuk menyapa
Kita pasti pernah mengalami bahwa kita terlanjur marah besar pada anak, biasanya amarah terbawa lebih dari sehari, akibat dari rasa kesal yang masih tersisa dan rasa gengsi, kita enggan menyapa anak kita. Masing masing pihak menunggu untuk memulai kembali hubungan yang normal.
Apa yang harus kita lakukan agar komunikasi mencair kembali? Siapa yang seharusnya memulai? Kita sebagai orangtua lah yang seharusnya memulai saat anak mulai menunjukkan tanda tanda perdamaian dan mengikuti keinginan kita. Dengan cara ini kita dapat menunjukkan pada anak bahwa kita tidak suka pada sikap sang anak, bukan pada pribadinya.
16. Memaklumi yang tidak pada tempatnya
Ini biasanya terjadi pada kebanyakan orang tua konservatif. Misalnya melihat anak laki laki yang suka usil, nakal banget dan suka ngacak, orang tuanya cenderung mengatakan, “Yah… anak cowo emang harus bandel” atau saat melihat kakak adik lagi jambak jambakan, mamanya bilang “maklumlah… namanya juga anak anak”. Atau bahkan ketika si anak memukul teman atau mbaknya, orang tua masih juga sempat berkelit dengan mengatakan “ya begitu deh, maklumlah namanya juga anak anak. Nggak sengaja…”
Bila kita selalu memaklumi tindakan keliru yang dilakukan anak anak, otomatis si anak berpikir perilakunya sudah benar, dan akan jadi sangat buruk kalau terbawa sampai ke dewasa.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Kita tidak perlu memaklumi hal yang tidak perlu dimaklumi kok, kita harus mendidik setiap anak tanpa kecuali sesuai dengan sifat dasarnya. Setiap anak bisa dididik dengan tegas[ingat: bukan keras] sejak usia 2 tahun. Semakin dini usianya, semakin mudah untuk dikelola dan diajak kerja sama. Anak kita akan mau bekerja sama selama kita selalu mengajaknya dialog dari hati ke hati, tegas, dan konsisten. Ingat, tidak perlu menunggu hingga usianya beranjak dewasa, karena semakin bertambah usia, semakin tinggi tingkat kesulitan untuk mengubah perilaku buruknya.
17. Penggunaan istilah yang tidak jelas maksudnya
Seberapa sering kita sebagai orang tua mengungkapkan pernyataan seperti “Awas ya, kalau kamu mau diajak sama mama/papa, tidak boleh nakal!” atau, “awas ya, kalau nanti diajak sama mama/papa, jangan bikin malu mama”, bisa juga terungkap, “kalo mau jalan jalan ke taman bermain, jangan macam macam ya”.
Nah, tanpa disadari kita seringkali menggunakan istilah istilah yang sulit dimengerti ataupun bermakna ganda. Istilah ini akan membingungkan anak kita. dalam benak mereka bertanya apa yang dimaksud dengan nakal, tingkah laku apa yang termasuk dalam kategori nakal, begitu pula dengan istilah “jangan macam macam”, perilaku apa yang termasuk kategori “macam macam”. Selain bingung, mereka juga akan menebak nebak arti dari istilah istilah tersebut.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Bicaralah dengan jelas dan spesifik, misalnya “Sayang, kalau kamu mau ikut mama/papa, tidak boleh minta mainan, permen, dan tidak boleh berteriak teriak di kasir seperti kemarin ya”. Hal ini penting agar anak mengetahui batasan batasan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, serta jangan lupa menyepakati apa konsekuensinya bila kesepakatan ini dilanggar.
18. Mengharap perubahan instan
Kita terbiasa hidup dalam budaya yang serba instant, seperti mie instant, susu instant, teh instant. Sehingga kita anak berbuat salah, kita sering ingin sebuah perubahan yang instant pula, misal ketika biasa terlambat bangun, nggak beresin tempat tidur, sulit dimandikan, kita ingin agar anak kita berubah total dalan jangka waktu sehari.
Apabila kita sering memaksakan perubahan pada anak kita dalam waku singkat tanpa tahapan yang wajar, kemungkinan besar anak sulit memenuhinya. Dan ketika ia gagal dalam memenuhi keinginan kita, ia akan frustasi dan tidak yakin bisa melakukanannya lagi. Akibatnya ia memilih untuk melakukan perlawanan seperti banyak bikin alasan, acuh tak acuh, atau marah marah pada adiknya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jika kita mengharapkan perubahan kebiasaaan pada anak, berikanlah waktu untuk tahapan tahapan perubahan yang rasional untuk bisa dicapainya. Hindari target perubahan yang tidak mungkin bisa dicapainya. Bila mungkin, ajaklah ia untuk melakukan perubahan dari hal yang paling mudah. Biarkanlah ia memilih hal yang paling mudah menurutnya untuk diubah. Keberhasilannya untuk melakukan perubahan tersebut memotivasi anak untuk melakukan perubahan lainnya yang lebih sulit. Puji dan jika perlu rayakan keberhasilan yang dicapainya, sekecil dan sesederhana apapun perubahan itu. Hal ini untuk menunjukkan betapa seriusnya perhatian kita terhadap usaha yang telah dilakukannya. Pusatkan perhatian dan pujian kita pada usahanya, bukan pada hasilnya.
19. Pendengar yang buruk
Sebagian besar orang tua adalah pendengar yang buruk bagi anak anaknya. Benarkah? Bila ada suatu masalah yang terjadi pada anak, orang tua lebih suka menyela, langsung menasehati tanpa mau bertanya permasalahannya serta asal usul kejadiannya.
Sebagai contoh, anak kita baru saja pulang sekolah yang mestinya pulangnya siang, dia datang di sore hari. Kita tidak mendapat keterangan apapun darinya atas keterlambatan tersebut. Tentu saja kita kesal menunggu dan sekaligus khawatir. Lalu pada saat anak kita sampai dan masih lelah, kita langsung menyambutnya dengan serentetan pertanyaan dan omelan. Bahkan setiap kali anak hendak bicara, kita selalu memotongnya. Akibatnya ia amalah tidak mau bicara dan marah pada kita.
Bila kita tidak berusaha mendengarkan mereka, maka mereka pun akan bersikap seperti itu pada kita dan akan belajar mengabaikan kita.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jika kita tidak menghendaki hal ini terjadi, maka mulai saat ini jadilah pendengar yang baik. Perhatikan setiap ucapannya. Ajukan pertanyaan pertanyaan untuk menunjukkan ketertarikan kita akan persoalan yang dihadapinya.
20. Selalu menuruti permintaan anak.
Apakah anak kita adalah anak semata wayang? Atau anak laki laki yang ditunggu tunggu dari beberapa anak perempuan kakak-kakaknya? Atau mungkin anak yang sudah bertahun tahun ditunggu tunggu? Fenomena ini seringkali menjadikan orang tua teramat sayang pada anaknya sehingga ia menerapkan pola asuh open bar, atau mo apa aja boleh atau dituruti.
Seperti Radja Ketjil, semakin hari tuntutannya semakin aneh dan kuat, jika ini sudah menjadi kebiasaan akan sulit sekali membendungnya. Anak yang dididik dengan cara ini akan menjadi anak yang super egois, tidak kenal toleransi, dan tidak bisa bersosialisasi.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Betapapun sayangnya kita pada anak, jangan lah pernah memberlakukan pola asuh seperti ini. Rasa sayang tidak harus di tunjukkan dengan menuruti segala kemauannya. Jika kita benar sayang, maka kita harus mengajarinya tentang nilai baik dan buruk, yang benar dan yang salah, yang boleh dan yang nggak. Jika tidak, rasa sayang kita akan membuat membuatnya jadi anak yang egois dan ‘semau gue’. Inilah yang dalam bahasa awam sering disebut anak manja.
21. Terlalu Banyak Larangan
Ini adalah kebalikan dari kebiasaan di atas. Bila Kita termasuk orang tua yang berkombinasi Melankolis dan Koleris, kita mesti berhati2 karena biasanya kombinasi ini menghasilkan jenis orang tua yang “Perfectionist”. Orang tua jenis ini cenderung ingin menjadikan anak kita seperti apa yang kita inginkan secara SEMPURNA, kita cenderung membentuk anak kita sesuai dengan keinginan kita; anak kita harus begini tidak boleh begitu; dilarang melakukan ini dan itu.
Pada saatnya anak tidak tahan lagi dengan cara kita. Ia pun akan melakukan perlawanan, baik dengan cara menyakiti diri (jika anak kita tipe sensitive) atau dengan perlawanan tersembunyi (jika anak kita tipe keras) atau dengan perang terbuka (jika anak kita tipe ekspresif keras). Oleh karena itu, kurangilah sifat perfeksionis kita, Berilah izin kepada anak untuk melakukan banyak hal yang baik dan positif. Berlatihlah untuk selalu berdialog agar kita bisa melihat dan memahami sudut pandang orang lain. Bangunlah situasi saling mempercayai antara anak dan kita. Kurangilah jumlah larangan yang berlebihan dengan meminta pertimbangan pada pasangan kita. Gunakan kesepakatan2 untuk memberikan batas yang lebih baik. Misal, kamu boleh keluar tapi jam 9 malam harus sudah tiba di rumah. Jika kemungkinan pulang terlambat, segera beri tahu Papa/Mama.
22. Terlalu Cepat Menyimpulkan
Ini adalah gejala lanjutan jika kita sebagai orang tua yang mempunyai kebiasaan menjadi pendengar yang buruk. Kita cenderung memotong pembicaraan pada saat anak kita sedang memberi penjelasan, dan segera menentukan kesimpulan akhir yang biasanya cenderung memojokkan anak kita. Padahal kesimpulan kita belum tentu benar, dan bahan seandainya benar, cara seperti ini akan menyakitkan hati anak kita.
Seperti contoh anak yang pulang terlambat. Pada saat anak kita pulag terlambat dan hendak menjelaskan penyebabnya, kita memotong pembicaraannya dengan ungkapan, “Sudah! Nggak pake banyak alesan.” Atau “Ah, Papa/Mama tahu, kamu pasti maen ke tempat itu lagi kan?!”.
Jika kita emlakukan kebiasaan ini terus menerus, anak akan berpikir kita adalah orang tua ST 001 [alias Sok Tau Nomor Satu], yang tidak mau memahami keadaan dan menyebalkan. Lalu mereka tidak mau bercerita atau berbicara lagi, dan akibat selanjutnya sang anak akan benar benar melakukan hal hal yang kita tuduhkan padanya. Ia tidak mau mendengarkan nasehat kita lagi, dan pada tahapan terburuk, dia akan pergi pada saat kita sedang berbicara padanya. Pernahkah anda mengalami hal ini?
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jangan pernah memotong pembicaraan dan mengambil kesimpulan terlalu dini. Tak seorang pun yang suka bila pembicaraannya dipotong, apalagi ceritanya disimpulkan oleh orang lain.
Dengarkan, dengarkan, dan dengarkan sambil memberikan tanggapan positif dan antusias. Ada saatnya kita akan diminta bicara, tentunya setelah anak kita selesai dengan ceritanya. Bila anak sudah membuka pertanyaan, “menurut Papa/Mama bagaimana?” artinya ia sudah siap untuk mendengarkan penuturan atau komentar kita.
23. Mengungkit kesalahan masa lalu
Kebiasan menjadi pendengar yang buruk dan terlalu cepat menyimpulkan akan dilanjutkan dengan penutup yang tidak kalah menyakitkan hati anak kita, yakni dengan mengungkit ungkit catatan kesalahan yang pernah dibuat anak kita. Contohnya, “Tuh kan Papa/Mama bilang apa? Kamu tidak pernah mau dengerin sih, sekarang kejadian kan. Makanya dengerin kalau orang tua ngomong. Dasar kamu emang anak bodo sih.”
Kiat berharap dengan mengungkit kejadian masa lalu, anak akan belajar dari masalah. Namun yang terjadi adalah sebaliknya, ia akan sakit hati dan berusaha mengulangi kesalahannya sebagai tindakan balasan dari sakit hatinya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jika kita tidak ingin anak berperilaku buruk lagi, jangan lah diungkit ungkit masa lalunya. Cukup dengan tatapan mata, jika perlu rangkullah ia. Ikutlah berempati sampai dia mengakui kesalahan dan kekeliruannya. Ucapkan pernyataan seperti “manusia itu tempatnya salah dan lupa, semoga ini menjadi pelajaran berharga buat kamu”, atau “Papa/mama bangga kamu bisa menemukan hikmah positif dari kejadian ini”. Jika ini yang kita lakukan, maka selanjutnya dia akan lebih mendengar nasehat kita. Coba dan buktikanlah!.
24. Suka Membandingkan
Hal yang paling menyebalkan adalah saat kita dibandingkan dengan orang lain. Bila kita sedang berada di suatu acara dan bertemu dengan orang yang berpakaian hampir sama atau berwarna sama, kita merasa tidak nyaman untuk berdekatan. Apalagi jiak disbanding bandingkan [FTR, saya tidak merasa seperti ini lho!]
Secara psikologis, kita sangat tdiak suka bila keberadaan kita baik secara fisik atau sifat sifat kita dibandingkan dengan orang lain. Coba ingat ingatlah pengalaman kita saat ada orang yang membandingkan kita, bagaimana perasaan kita saat itu?
Tetapi anehnya, kebanyakan orang tua entah kenapa justru sering melakukan hal ini pada anaknya. Misal membandingkan anak yang malas dengan yang rajin. Anak yang rapi dengan yang gedabrus. Anak yang cekatan dengan anak yang lamban. Terutama juga anak yang mendapat nilai tinggi di sekolah dengan anak yang nilainya rendah. Ungkapan yang sering terdengar biasanya seperti, “Coba kamu mau rajin belajar kayak adik mu, maka pasti nilai kamu tidak seperti ini!”.
Jika kita tetap melakukan kebiasaan ini, maka ada beberapa akibat yang langsung kita rasakan; anak kita makin tidak menukai kita. anak yang dibandingkan akan iri dan dengki dengan si pembanding. Anak pembanding akan merasa arogan dan tinggi hati.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Tiap manusia terlahir dengan karakter dan sifat yang unik. Maka jangan sekali kali membandingkan satu dengan yang lainnya. Catatlah perubahan perilaku masing masing anak. Jika ingin membandingkan, bandingkanlah dengan perilaku mereka di masa lalu, ataupun dengan nilai nilai ideal yang ingin mereka capai. Misalnya, “Eh, biasanya anak papa/mama suka merapikan tempat tidur, kenapa hari ini nggak ya?”
25. Paling benar dan paling tahu segalanya
Egosentris adalah masa alamiah yang terjadi pada anak usia 1-3 tahun. Usia tersebut adalah masa ketika anak merasa paling benar dan memaksakan kehendaknya. Tapi entah mengapa ternyata sifat ini terbawa dan masih banyak dimiliki oleh para orang tua. Contoh ungkapan orang tua, “ah kamu ini anak bau kencur, tau apa kamu soal hidup.” Atau, “kamu tau nggak, kalo papa/mama ini sudah banyak makan asam garam kehidupan, jadi nggak pake kamu nasehatin papa/mama!”.
Jika kita memiliki kebiasaan semacam ini, maka kita membuat proses komunikasi dengan anak mengalami jalan buntu. Meskipun maksud kita adalah untuk menunjukkan superioritas kita di depan anak, tapi yang ditangkap anak adalah semacam kesombongan yang luar biasa, dan tentu saja tak seorang pun mau mendengarkan nasehat orang yang sombong.
Apa yang seharusnya kita lakukan?
Seringkali usia dijadikan acuan tentang banyaknya pengetahuan juga banyaknya pengalaman. Pada zaman dulu hal ini bisa jadi benar, namun untuk saat ini, kondisi itu tidak berlaku lagi. Siapa yang lebih banyak mendapatkan informasi dan mengikuti kegiatan kegiatan, maka dialah yang lebih banyak tahu dan berpengalaman.
Jadi janganlah merasa menjadi orang yang paling tahu, paling hebat, paling alim. Dengarkanlah setiap masukan yang datang dari anak kita.
26. Saling melempar tanggung jawab
Mendidik anak terutama menjadi tanggung jawab orang tua, yaitu ayah dan ibu. Bila kedua belah pihak merasa kurang bertanggung jawab, maka proses pendidikan anak akan terasa timpang dan jauh dari berhasil. Celakanya lagi, bila orang tua sudah mulai merasakan dampak perlawanan dari anak anaknya, yang sering terjadi malah saling menyalahkan satu sama lain.
Pernyataan yang kerap muncul adalah, “kamu emang nggak becus ngedidik anak”, dan kemudian dibalas “enak aja lo ngomong begitu, nah kamu sendiri, selama ini kemana aja?!”. Jika cara ini yang dipertahankan di keluarga, akankah menyelesaikan masalah? Tunggu saja hasilnya, pasti orang tua lah yang akan menuai hasilnya, sang anak akan merasa perilaku buruknya adalah bukan karena kesalahannya, tapi karena ketidak becusan salah satu dari orang tuanya. Jelas anak kita akan merasa terbela dan semakin berperilaku buruk.
Apa yang seharusnya kita lakukan?
Hentikan saling menyalahkan. Ambillah tanggung jawab kita selaku orang tua secara berimbang.keberhasilan pendidikan ada di tangan orang tua. Pendidikan adalah kerja sama tim, da bukan individu. Jangan pakai alasan tidak ada waktu, semua orang sama sama memiliki waktu 24 jam sehari, jadi aturlah waktu kita dengan berbagai macam cara dan kompaklah selalu dengan pasangan kita.
Selalu lakukan introspeksi diri sebelum introspeksi orang lain.
27. Kakak harus selalu mengalah
Di negeri ini terdapat kebiasaan bahwa anak yang lebih tua harus selalu mengalah pada saudaranya yang lebih muda. Tampaknya hal itu sudah menjadi budaya. Tapi sebenarnya, adakah dasar logikanya dan dimana prinsip keadilannya?
Ada satu contoh nyata seperti berikut:
Ada seorang kakak beradik, kakak bernama Dita dan adik bernama Rafiq. Neneknya selaku pengasuh utama selalu memarahi Dita ketika Rafiq menangis. Tanpa mengetahui duduk persoalan serta siapa yang salah dan benar, si Nenek selalu membela si adik dan melimpahkan kesalahan pada kakaknya. “Kamu ini gimana sih? Sudah besar kok tidak mau mengalah ama adiknya.” Begitulah ucapan yang keluar dari mulut si Nenek. Terkadang dibumbui dengan cubitan pada kakaknya.
Apa yang terjadi selanjutnya? Dita menjadi anak yang tidak memiliki rasa percaya diri. Ia pun mulai membenci adiknya. Lama kelamaan Dita mulai banyak melawan atas ketidak adilan ini, dan yang terjadi kemudian adalah kedua bersaudara ini makin sering bertengkar. Sementara Rafiq yang selalu dibela bela menjadi makin egois dan makin berani menyakiti kakaknya, selalu merasa benar dan memberaontak. Sang nenek perlahan lahan menobatkan Radja Ketjil yang lalim di tengah keluarga ini.
Apa yang seharusnya kita lakukan?
Anak harus diajari untuk memahami nilai benar dan salah atas perbuatannya terlepas dari apakah dia lebih muda atau lebih tua. Nilai benar dan salah tidak mengenal konteks usia. Benar selalu benar dan salah selalu salah berapapun usia pelakunya.
Berlakulah adil. Ketahuilah informasi secara lengkap sebelum mengambil keputusan. Jelaskan nilai benar dan salah pada masing masing anak, buat aturan main yang jelas yang mudah dipahami oleh anak anak anda.
28. Menghukum secara fisik
Dalam kondisi emosi, kita cenderung sensitif oleh perilaku anak, dimulai dengan suara keras, dan kemudian meningkat menjadi tindakan fisik yang menyakiti anak.
Jika kita terbiasa dengan keadaan ini, kita telah mendidiknya menjadi anak yang kejam dan trengginas, suka menyakiti orang lain dan membangkang secara destruktif. Perhatikan jika mereka bergaul dengan teman sebayanya. Percaya atau tidak, anak akan meniru tindakan kita yang suka memukul. Anak yang suka memukul temannya pada umumnya adalah anak yang sering dipukuli di rumahnya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jangan pernah sekalipun menggunakan hukuman fisik kepada anak, mencubit, memukul, atau menampar bahkan ada juga yang pakai alat seperti cambuk, sabuk, rotan, atau sabetan.
Gunakanlah kata kata dan dialog, dan jika cara dialog tidak berhasil maka cobalah evaluasi diri kita. Temukanlah jenis kebiasaan yang keliru yang selama ini telah kita lakukan dan menyebabkan anak kita berperilaku seperti ini.
29. Menunda atau membatalkan hukuman
Kita semua tahu bahaya yang luar biasa dari merokok, mulai dari kanker, impotensi, sampai gangguan kehamilan dan janin. Tapi mengapa masih banyak yang tidak peduli dan tetap membandel untuk terus menjadi ahli hisap? Jelas karena akibat dari rokok itu terjadi kemudian dan bukan seketika itu juga.
Begitu juga dengan anak kita. Jika anda menjanjikan sebuah konsekuensi hukuman atau sanksi bila anak berperilaku buruk, jangan menunggu waktu yang terlalu lama, menunda, atau bahkan membatalkan karena alasan lupa atau kasihan.
Bila telah terjadi kesepakatan antara kita dan anak seperti tidak boleh minta minta dibelikan permen atau mainan dan ternyata anak mencoba coba untuk merengek, kita ingatkan kembali pada kepadanya tentang kesepakatan yang kita buat bersama. Anak biasanya akan berhenti merengek. Namun sayangnya kietika anak berhenti merengek , kita menganggap masalah susah selesai dan akhirnya kita menunda atau bahkan membatalkan hukuman entah karena lupa atau kasihan. Apa akibatnya? Anak akan mempunya anggapan bahwa kita hanya omong doang, maka mereka akan mempunya tendensi untuk melanggar kesepakatan karena hukuman tidak dilaksanakan.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jila kita sudah mempunyai kesepakatan dan anak melanggarnya, maka sanksi harus dilaksanakan, jika kita kasihan, kita bisa mengurangi sanksinya, dan usahakan hukumanya jangan bersifat fisik, tapi seperti pengurangan bobot kesukaan mereka seperti jam bermain, menonton tv, ataupun bermain video game.
30. Terpancing Emosi
Jika ada keinginannya yang tidak terpenhi anak sering kali rewel atau merengak, menagis, berguling dsb, dengan tujuan memancing emosi kita yang apda kahirnya kita marah atau malah mengalah. Jika kita terpancing oleh emosi anak, anak akan merasa menang, dan merasa bisa megendalikan orang tuanya. Anak akan terus berusaha mengulanginya pada kesempatan lain dengan pancingan emosi yang lebih besar la gi.
Apa yang seharusnya kita lakukan?
Yang terbaik adalah diam, tidak bicara, dan tidak menanggapi. Jangan pedulikan ulah anak kita. Bila anak menangis katakan padanya bahwa tangisannya tidak akan mengubah keputusan kita. Bila anak tidak menangis tapi tetap berulah, kita katakan saja bahwa kita akan mempertimbangkan keputusan kita dengan catatan si anak tidak berulah lagi. Setelah pernyataan itu kita keluarkan, lakukan aksi diam. Cukup tatap dengan mata pada anak kita yang berulah, hingga ia berhenti berulah, Bila proses ini membutuhkan waktu lebih dari 30 menit tabahlah untuk melakukannya. Dalam proses ini kita jangan malu pada orang yang memperhatikan kita; dan jangan pula ada orang lain yang berusaha menolong anak kita yang sedang berulah tadi… SEKALI KITA BERHASIL MEMBUAT ANAK KITA MENGALAH, MAKA SELANJUTNYA DIA TIDAK AKAN MENGULANGI UNTUK YANG KEDUA KALINYA.
31. Menghukum Anak Saat Kita Marah
Hal yang perlu kita perhatikan dan selalu ingat adalah jangan pernah memberikan sanksi atau hukuman apa pun pada anak ketika emosi kita sedang memuncak. Pada saat emosi kita sedang tinggi, apa pun yang keluar dari mulut kita, baik dalam bentuk kata2 maupun hukuman akan cenderung menyakiti dan menghakimi dan tidak menjadikan anak lebih baik. Kejadin tersebut akan membekas meski ia telah beranjak dewasa. Anak juga bisa mendendam pada orang tuanya karena sering mendapatkan perlakuan di luar batas.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
 bila kita sedang sangat marah segeralah menjauh dari anak. Pilihlah cara yang tepat untuk bisa menurunkan amarah kita dengan segera.
 Saat marah kita cenderung memberikan hukuman yang seberat2ya pada anak kita, dan hanya akan menimbulkan perlawanan baru yang lebih kuat dari anak kita, sementara tujuan pemberian sanksi adalah untuk menyadarkan anak supaya ia memahami perilaku buruknya. Setelah emosi reda, barulah kita memberikan hukuman yang mendidik dan tepat dengan konteks kesalahan yang diperbuat. Ingat, prinsip hukuman adalah untuk mendidik bukan menyakiti. Pilihlah bentuk sanksi atau hukuman yang mengurangi aktivitas yang disukainya, seperti mengurangi waktu main game, atau bermain sepeda.
32. Mengejek
Orang tua yang biasa menggoda anaknya, seringkali secara tidak sadar telah membuat anak menjadi kesal. Dan ketika anak memohon kepada kita untuk tidak menggodanya, kita malah semakin senang telah berhasil membuatnya kesal atau malu. Hal ini akan membangun ketidaksukaan anak pada kita dan yang sering terjadi anak tidak menghargai kita lagi. Mengapa? Karena ia menganggap kita juga seperti teman2nya yang suka menggodanya,
Apa yang seharusnya kita lakukan?
Jika ingin bercanda dengan anak kita, pilihlan materi bercanda yang tidak membuatnya malu atau yang merendahkan dirinya. Akan jauh lebih baik jika seolah-olah kitalah yang jadi badut untuk ditertawakan. Anak kita tetap aka n menghormati kita sesudah acara canda selesai. Jagalah batas2 dan hindari bercanda yang bisa membuat anak kesal apalagi malu. Bagimana caranya? Lihat ekspresi anak kita. Apakah kesal dan meminta kita segera menghentikannya? Bila ya, segeralah hentikan dan jika perlu meminta maaflah ayas kejadian yang baru terjadi. Katakan bahwa kita tidak bermaksud merendahkannya dan kita berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
33. Menyindir
Terkadang karena saking marahnya orang tua sering mengungkapkannya dengan kata2 singkat yang pedas dengan maksud menyindir, seperti, “Tumben hari gini sudah pulang”, atau “Sering2 aja pulang malem!” atau”Memang kamu pikir Mama/Papa in satpam yang jaga pintu tiap malam?”.
Kebiasaan ini tidak akan membuat anak kita menyadari akan perilaku buruknya tapi malah sebaliknya akan mebuat ia semakin menjadi-jadi dan menjaga jarak dengan kita. Kita telah menyakiti hatinya dan membuatnya tidak ingin berkomunikasi dengan kita.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Katakanlah secara langsung apa yang kita inginkan dengan kalimat yang tidak menyinggung perasaan, memojokkan bahkan menyakiti hatinya. Katakan saja, “Sayang, Papa/Mama khawatir akan keselamatan kamu lho kalo kamu pulang terlalu malam”. Dan sejenisnya.
34. Memberi julukan yang buruk
Kebiasaan memberikan julukan yang buruk pada anak bisa mengakibatkan rasa rendah diri, tidak percaya diri/mimder, kebencian juga perlawanan. Adakalanya anak ingin membuktikan kehebatan julukan atau gelar tersebut pada orang tuanya.
Solusinya
Mengganti julukan buruk dengan yang baik, seperti, anak baik, anak hebat, anak bijaksana. Jika tidak bisa menemukannya cukup dengan panggil dengan nama kesukaannya saja.
35. Mengumpan Anak yang Rewel
Pada saat anak marah, merengek atau menangis, meminta sesuatu de ngan memaksa, kita biasanya mengalihkan perhatiannya kepada hal atau barang lain. Hal ini dimaksudkan supaya anak tidak merengek lagi. Namun yang terjadi malah sebaliknya, rengekan anak semakin menjadi-jadi. Contohnya, anak menangis karena ia minta dibelikan mainan, Kemusian kita berusaha membuatnya diam dengan berusaha mengalihkan perhatiannya seperi, ” Tuh lihat tuh ada kakak pake baju warna apa tuh…”atau” Lihat ini lihat, gambar apa ya lucu banget?”
Ingatlah selalu, pada saat anak kita sedang fokus pada apa yang diinginkannya, ia akan memancing emosi kita dan emosinya sendiri akan menjadi sensitif. Anak kita pada umumnya adalah anak yang cerdas. ia tidak ingin diakihkan ke hal lain jika masalah ini belum ada kata sepakat penyelesaiannya. Semakin kita berusaha mengalihkan ke hal lain, semakin marah lah anak kita.
Apa yang sebaiknya dilakukan?
Selesaikan apa yang diinginkan oleh anak kita dengan membicarakannya dan membuat kesepakatan di tempat, jika kita belum sempat membuat kesepakatan di rumah. Katakan secara langsung apa yang kita inginkan terhadap permintaan anak tesebut, seperti “Papa/Mama belum bisa membelikan mainan itu saat ini. Jika kamu mau harus menabung lebih dahulu. Nanti Papa/Mama ajari cara menabung. Bila kamu terus merengak kita tidak jadi jalan-jalan dan langsung pulang.” Jika kalimat ini yang kita katakan dan anak kita tetap merengek, segeralah kita pulang meski urusan belanja belum selesai, Untuk urusan belanja kita masih bisa menundanya. Tapi jangan sekali-kali menunda dalam mendidik anak.
36. Televisi sebagai agen Pendidikan Anak
Perilaku anak terbentuk karena 4 hal:
 berdasar kepada siapa yang lebih dulu mengajarkan kepadanya: kita atau TV?
 oleh siapa yang dia percaya: apakah anak percaya pada kata2 kita atau ketepatan wakyu program2 TV?
 oleh siapa yang meyampaikannya lebih menyenangkan: apakah kita menasehatinya dengan cara menyenangkan atau program2 TV yang lebih menyenangkan?
 oleh siapa yang sering menemaninya: kita atau TV?
Apa yang seharusnya kita lakukan?
 Bangun komunikasi dan kedekatan dengan mengevaluasi 4 hal tersebut yang menjadi faktor pembentuk perilaku anak kita.
 2, Menggantinya dengan kegiatan di rumah atau di luar rumah yang padat bagi anak2nya.
 Gantilah program TV dengan film2 pengetahuan yang lebih mendidik dan menantang mulai dari kartun hingga CD dalam bentuk permainan edukatif.
37. Mengajari Anak untuk Membalas
Sebagian anak ada yang memiliki kecenderungan suka memukul dan sebagian lagi menjadi objek penderita dengan lebih banyak menerima pukulan dari rekan sebayanya. Sebagian orang tua biasanya tidak sabar melihat anak kita disakiti dan memprovokasi anak kita unutuk membalasnya. Hal ini secara tidak langsung mengajari anak balas dendam. Sebab pada saat itu emosi anak sedang sensitif dan apa yang kita ajarkan saat itu akan membekas. Jangan kaget bila anak kita sering membalas atau membalikkan apa yang kita sampaikan kepadanya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?:
a. mengajarkan anak untuk menghindari teman-teman yang suka menyakiti.
b. Menyampaikan pada orang tua yang bersangkutan bahwa anak kita sering mendapat perlakuan buruk dari anaknya.
c. ajaklah orang tua anak yang suka memukul untuk mengikuti program parenting baik di radio atau media lainnya.
nah sekian pembahasan dari saya kalau ada hal yang mau di tanyakan silahkan isi kolom komentar  oke